Pages

Sunday, September 29, 2013

Rupiah yang Tidak Mungkin


            Pada kesempatan kai ini saya akan menceritakan bagaimana pengalaman menarik yang saya alami pada saat kegiatan outbond di seamolec. Pengalaman ini terjadi pada hari Sabtu tanggal 28 September 2013, dimana pengalaman menarik tersebut adalah menjual pulpen. Kegiatan ini bukanlah kegiatan menjual pulpen biasa akan tetapi disini kita dituntut belajar untuk melawan rasa takut, rasa malu dan rasa manja dalam menghadapi kerasnya kehidupan nanti ketika terjun langsung ke masyarakat.
            Barang yang harus dijual adalah pulpen. Pulpen yang telah disediakan oleh pihak panitia ini cukup menarik, karena pulpen ini berbentuk seperti kapsul. Warna yang disediakan pun beragam ada yang orange, pink, biru, ungu dan hijau. Bentuk pulpen ini berbentuk seperti kapsul obat dengan bentuk yang agak lebih besar. Harga pulpen ini mungkin aslinya berkisar antara Rp  3000 – Rp 5000, akan tetapi kita dituntut untuk menjual pulpen tersebut dengan harga yang sangat tinggi dengan cara dan strategi yang mesti dipikirkan oleh sendiri. Sebelumnya kita telah diberi rahasia bagaimana caranya agar pulpen dapat terjual dengan harga yang tinggi diantaranya pulpen dapat dijual dengan sanak saudara, ayah, ibu, teman atau bahkan pacar.
            Kegiatan menjual pulpen ini dimulai pukul 6 sore dan berakhir pada pukul setengah 8 malam, sehingga saya dan juga beserta kelompok outbon yaitu kelompok harimau bersama-sama bergegas menuju masjid yang berada di depan gerbang universitas terbuka untuk melaksanakan solat magrib telebih dahulu. Setelah itu lalu kita semua berkelompok langsung bergegas pergi untuk berjualan.
            Pertama-tama target mangsa konsumen adalah orang-orang disekitar masjid universitas di depan gerbang, disana saya melihat teman saya menawarkan pulpen kepada bapak-bapak yang baru saja melaksanakan solat margib dan pulpen tersebut terjual seharga Rp 100.000 per 2 pulpennya. Mengingat waktu yang semakin menipis dan persediaan pulpen masih banyak maka saya dan kelompok memutuskan untuk mencari lokasi yang sekiranya ramai dikunjungi orang. Lokasi tersebut adalah gaplek yang jaraknya kurang lebih 3-4 km dari universitas terbuka. Ramai-ramai saya dan kelompok pergi berjalan kaki menuju gaplek. Akan tetapi ketika di tengah perjalanan kita berpikir bahwa jumlah anggota kelompok yang berjalan menuju gaplek terlalu banyak akan lebih baiknya apabila rute penjualannya dipencar agar orang yang berjual tidak terlalu banyak karena mungkin akan membuat konsumen terganggu. Akhir dibagi dualah rute penjualan pulpen, yang satu pergi menju gaplek dan yang kedua pergi menuju komplek atau perumahan di dalam jalan merica.
            Saya ikut dengan rombangan yang menuju rute komplek didalam jalan merica. Disini saya beranggotakan sebanyak 5 orang dengan membawa pulpen sebanyak 10 buah. Target pertama adalah seorang bapak-bapak yang berada di pangkalan ojeg jalan mericadengan mengenakan pakaian koko. Saya menawari bapak tersebut pulpen dengan cara berbicara langsung dan dengan trik-trik tentunya yaitu dengan alas an bahwa pulpen ini dijual dengan alasan kita yang sedang berjualan disini sedang belajar bagaimana caranya berwirausaha dan hasil penjualan ini nantinya akan digunakan untuk biaya pendidikan. Setelah ditawari akan tetapi bapak tersebut menolak untuk membeli karena tidak sedang membawa uang. Setelah itu kita serombongan kembali meneruskan perjalanan di jalan merica dan mampir terlebih dahulu di kosan merica karena kebetulan ada teman serombongan saya kenal dengan seorang ibu-ibu penghuni kosan tersebut. Akan tetapi pulpen tersebut tidak berhasil terjual karena ibu tersebut tidak sedang memegang uang.
            Perjalanan pun kembali dilajutkan dan di tengah perjalanan kita menemui 3 orang pelajar SMA sehingga langsung kita tawari pulpen tersebut. Terjadi cukup lama proses tawar menawar disini kerena pelajar tersebut menolak untuk membeli pulpen, akan tetapi saya dan teman-teman terus berusaha agar pelajar tersebut membeli pulpennya. Saya memohon kepada pelajar tersebut karena kita ditugaskan untuk menjual pulpen tersbut hingga habis dan waktu penjualan yang ditentukan sebentar lagi, juga saya perlihatkan keunggulan dari pulpen ini yaitu pulpen ini berbentuk kapsul dan apabila kapsulnya dibuka maka akan memanjang dan menjadi sebuah pulpen yang menarik. Saya menyarankan kepada pelajar tersebut bahwa meraka juga nantinya ketika masuk dunia perkuliahan akan mengalami kegiatan seperti ini. Pada akhirnya ketiga pelajar ini pun luluh dan membeli pulpen ini seharga Rp 20.000 per 2 pulpennya.
            Kembali perjalanan dilanjutkan dan kali ini kita mengunjungi salah satu rumah warga di jalan merica yang kebetulan penghuninya sedang berada di teras rumahnya bersama dengan 2 orang anaknya yang sedang mengerjakan tugas. Momen ini saya manfaatkan dengan target menjual pulpen kepada anaknya yang sedang mengerjakan tugas. Saya yakinkan bahwa pulpen ini nantinya akan sangat bermanfaat apabila digunakan untuk anak-anaknya, didoakan bahwa akan sukses kelak anak-anaknya ketika dewasa kelak. Anak-anak tersebut pun terlihat antusias dengan pulpen yang ditawarkan karena tertarik dengan bentuknya yang seperti kapsul. Ibunya pun akhirnya membeli pulpennya sebanyak 3 buah dengan harga 1 buah pulpennya sebesar Rp 10.000 sehingga mendapatkan Rp 30.000. Tidak lama kemudian tetangga dari rumah yang saya tawari pun melihat kita sedang berjualan dan langsung ikut membeli pulpennya sebanyak 3 buah dengan harga Rp 30.000.
            Tinggal 3 sisa pulpen lagi yang belum terjual sehingga kita kembali melanjutkan perjalanan waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, sisa setengah jam lagi sebelum kita harus kembali ke seamolec. Mengingat belum makan makan kami istirahat dulu sekalian juga makan di nasi goreng jalan merica, ketika selesai makan saya coba untuk menawarkan pulpen ini kepada pedagang nasi goreng. Tukang nasi goreng tersebut hanya tersenyum-senyum saja, saya coba terus rayu pedagang tersebut, saya juga berkata pada pedagang tersebut bahwa saya adalah konsumen yang hampir setiap malam makan di tempat nasi goreng itu, sebagai timbal baliknya saya meminta tukang nasi goreng tersebut untuk membeli pulpen dagangan kami untuk kali ini saja. Dengan baik hati pedagang nasi goreng itu membeli sisa dagangan pulpen kami sebanyak 3 buah seharga Rp 30.000 dan stok pulpen yang kami jual pun habis terjual.

            

No comments:

Post a Comment